Sabtu, 22 Desember 2012

HIKMAH SHOLAT dalam KEHIDUPAN MANUSIA



                     Pengantar
Sholat merupakan salah satu bentuk pengabdian manusia kepada Allah SWT yang wajib dilakukan, sebagaimana ayat berikut ini :
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. ( An Nisaa’ 103 )
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan." Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu[533] di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)." ( Al A’raaf  29 )
Setiap perintah pasti memiliki sebuah tujuan dan manfaat, pun juga dengan perintah sholat. Allah menurunkan perintah sholat pasti memiliki suatu tujuan dan manfaat bagi manusia. Untuk dapat memahaminya, maka harus dipahami secara utuh perintah tersebut, mulai arti sholat, latar belakang, tujuan sholat, unsur – unsur dalam sholat. Ketika manusia memahami perintah sholat secara utuh, maka manusia akan memahami sebuah manfaat atau hikmah dari perintah sholat tersebut. Hal ini sangat penting, karena dengan memahami hikmah atau manfaat sholat akan meningkatkan motivasi untuk melaksanakan perintah sholat dan beribadah dengan sepenuh hati kepada Allah SWT. Karena itu, disini akan dibahas mengenai hikmah dari sholat itu sendiri.
    

1.       Pengertian sholat sebagai ibadah kepada Allah SWT
a.       Pengertian sholat
Sholat merupakan suatu bentuk ibadah ritual yang diwajibkan oleh Allah kepada umat manusia di waktu – waktu yang telah ditetapkan, agar selalu mengingat Allah. Sebagaimana firman Allah,Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. ( QS : Huud 114 ). Dimana dengan gerakan – gerakan yang menunjukkan ketertundukkan, penghambaan kita kepada Allah, dengan mengangkat kedua tangan, ruku’, I’ tidal, sujud, duduk diantara dua sujud.
b.      Pengertian ibadah
'Ibadat berasal dari kata 'abd, artinya adalah "pelayan" dan “budak". Jadi 'ibadat berarti "penghambaah" dan "perbudakan". Bila seseorang yang menjadi budak dari orang lain, melayani tuan­nya sebagaimana halnya seorang budak, dan bersikap terhadap orang itu sebagaimana terhadap seorang tuan atau majikan, maka perbuatan seperti itu disebut penghambaan dan 'ibadat. Sehingga ibadah adalah menjadikan Allah sebagai tuhan dan manusia sebagai hamba, yang kapanpun, dimanapun selalu mengabdi kepada Allah sampai ajal menjemput, bukan kepada yang selainnya. Mengisi kehidupan ini dengan melaksanakan hukum dan aturan-aturan Allah dan menjalankan hidup yang sesuai dengan perintah-perintahNya. Ibadat juga tidak terbatas pada satu bentuk yang khas, dalam setiap perbuatan dan setiap bentuk pekerjaan di kehidupan kita ketika ditujukan untuk penghambaan diri kepada Allah, disebut ibadah. Baik dari sisi ritual maupun social kemasyarakatan kita.
c.       Kesimpulan
Dari pengartian di atas, dapat disimpulkan bahwasannya sholat merupakan salah satu dari bentuk pengabdian kita kepada Allah, salah satu dari system peribadatan manusia kepada Allah.  Shalat  mempersiapkan manusia untuk melaksanakan 'ibadat kepada Allah, yakni penghambaan dan kepatuhan kepada Nya. Sehingga dalam kehidupannya dapat termotivasi untuk selalu melaksanakan hukum dan aturan – aturan Allah, dimanapun, kapanpun, dan dimanapun sampai ajal menjemput.

2.       Latar belakang diturunkannya perintah sholat
Ketika Nabi Muhammad SAW dan pengikut-pengikutnya berdakwah menyampaikan wahyu Allah kepada masyarakat jahiliyah, banyak mendapatkan tantangan dari mereka, diantaranya ialah penyerangan konsep, pemberian kedudukan atau materi, penyiksaan fisik, serta pengkondisian budaya, sistem ekonomi, dan norma kebebasan. Akibat dari tantangan tersebut banyak umat Islam yang ragu-ragu kembali terhadap kebenaran ajaran Islam, jiwanya resah, fisiknya menderita kesakitan bahkan kematian, yang tidak tahan terpaksa memilih kekafiran, inilah yang dinamakan masalah sosial bagi umat Islam di masa Rasul, apabila tidak ditangani secara profesional, niscaya umat Islam akan menemui kehancuran. Ditambah lagi meninggalnya paman Nabi, Ali bin Abu Tholib, sebagai pelindung nabi dari orang – orang kafir, dan tidak lama kemudian istrinya Khadijah sebagai tempat curhat dan pemberi motivasi nabi  juga meninggal. Sehingga hal ini membuat nabi semakin sedih dan terpukul, jiwanya mengalami goncangan dahsyat.
Dalam situasi seperti ini Allah memerintahkan kepada umat Islam menegakkan sholat, menyeru kepada Allah, dengan seruan teratur, sebagaimana terdapat pada pelaksanaan sholat, Insya Allah dengan sholat masalah umat Islam akan terpecahkan, mereka akan tetap memiliki kepercayaan terhadap konsep Islam, jiwanya akan tabah menghadapi berbagai tantangan dan kemenangan.

3.       Tujuan perintah sholat
Sholat diperintahkan dengan tujuan agar manusia selalu ingat kepada Allah, mengingat akan Dzat Nya, sifat – sifat Nya, kenikmatan dan kebesaran Nya, ancaman dan siksa Nya, serta ingat akan hokum – hokum dan aturan yang telah ditetapkan Allah melalui sunnatullah – sunnatullah Nya. Sebagaimana firman Allah,“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku “ ( QS. At Thahaa 14 ). Dengan mengingat Allah, manusia akan selalu ingat akan kedudukannya sebagai hamba, budak Allah, yang harus selalu melaksanakan perintah dan hokum – hokum Nya, bagaimana kebesaran Allah dan pengasih dan pemurahnya Dia kepada manusia. Sehingga mereka akan selalu termotivasi untuk beribadah kepada Allah. Ketika menghadapi persoalan, manusia akan terbantu untuk menyelesikannya, sebagaimana firmanNya, “ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar “ ( QS. Al Baqarah 153 ). Bahkan agar manusia semakin ingat, khusyuk dan menghayati kehambaannya kepada Allah, Allah menganjurkan sholat pada malam hari, “ Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji “ ( QS.Al Israa’ 79 ).
Sholat juga diperintahkan agar manusia dapat mencegah perbuatan keji dan munkar, Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan “ ( QS.Al Ankabut 45 ). Tujuan ini sangat berhubungan dengan tujuan mengingat tadi, karena ketika manusia selalu ingat kepada Allah, maka ia akan takut, malu untuk melakukan perbuatan keji dan munkar, suatu perbuatan yang tidak mencerminkan kehambaan diri kepada Allah.

4.       Unsur – unsur sholat dan potensinya
Secara umum unsur – unsur sholat terdiri dari : Pra sholat, meliputi : Dilakukan pada waktu subuh, siang, sore, akhir sore tepatnya waktu matahari terbenam dan isya; menghadap kiblat; lebih dulu membersihkan sebagian badan (wudhu); dilakukan dengan penuh kekhusukan; diawali dengan panggilan sholat (azan). Saat sholat, meliputi : Melakukan gerakan mengangkat tangan, ruku’, sujud, i'tidal, dll ; melakukan seruan diantaranya ialah memuji Allah, berikrar, berdo’a dan membaca ayat al-Qur’an. Bentuknya, meliputi : Sholat sendiri dan sholat berjamaah. Jenisnya, meliputi : Sholat harian, sholat di hari Jum’at, sholat setelah puasa Ramadhan, sholat di waktu gerhana bulan, dll.
Dari semua unsur diatas, akan dibahas beberapa unsur saja yang dirasa bisa mewakili semua, dalam membedah potensinya.
a.      Unsur Bacaan
Bacaan sholat yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, kalau ditinjau maknaya terdiri dari ikrar pemujaan, pengabdian, permohonan. Agar dapat menghayati dan khusyuk dalam sholat, maka harus memahami dan menghayati tiap-tiap bacaan yang terdapat pada sholat, karena bacaan pada sholat sebenarnya merupakan pembicaraan hamba kepada Tuhan, berisi konsekuensi-konsekuensi yang harus dilakukan dalam kehidupan. Tanpa mengetahui makna bacaan sholat, dan usaha untuk mengamaliahkan, selamanya orang tersebut tidak akan khusuk sholatnya, dan jauh dari rahmatnya sholat.
Surat Al Fatihah merupakan bacaan wajib, terdiri dari pernyataan tentang kebesaran dan kemurahan Allah, pernyataan pengabdian hanya kepada Allah saja dan permohonan agar diberikan jalan lurus, seperti jalan orang-orang yang telah diberikan minat, yaitu para nabi atau siddiqin, bukan jalan orang yang dimurkai dan sesat jalan. Oleh karena itu setelah membaca surat Al Fatihah, diperintahkan membaca al-Qur’an sesuai dengan masalah yang dibutuhkan, apabila kita mendapatkan tekanan fisik, hendaknya membaca ayat-ayat al-Qur’an tentang kisah-kisah ketabahan para rasul, para nabi ketika mereka menerima siksaan, mereka demikian tabah dan sabar, atau membaca siksaan Allah yang diberikan di akherat, bila kita menghadapi pengkondisian materi atau wanita. Sebenarnya sholat merupakan sistem terapi dengan cara menyentuh kesadaran ucapan orang beriman, agar mereka melaksanakan di luar sholat.
b.      Unsur Waktu
Waktu sholat wajib ditetapkan lima kali dalam sehari yaitu subuh sampai dengan isya’. Shalat dilakukan diwaktu fajar di saat kita bangun dari tidur sebelum kita memulai pekerjaan sehari-hari. Kemudian setelah sibuk selama heberapa jam dalam sesuatu pekerjaan, kembali kita datang ke hadapan Allah pada tengah hari untuk melakukan shalat lagi. Kira-kira tiga jam kemudian, kembali kita shalat lagi di sore hari. Setelah beristirahat dan atau bekerja lagi sampai matahari terbenam, sekali lagi kita shalat kembali. Dan akhirnya, setelah bcbas dari kesibukan dunia, maka sebelum tidur, Kita menghadap ke hadirat Allah kembali untuk yang terakhir kalinya. Bila masih merasa kuat, kita mungkin menambah shalat yang terakhir ini dengan shalat Witr atau Tahajud.
c.       Unsur Menghadap Kiblat
Dalam sholat, semua umat muslim menghadap kiblat, hal ini merupakan sistem pengajaran atau sarana menciptakan kesamaan dan kesatuan umat Islam di seluruh dunia. Kesamaan dan kesatuan gerak umat Islam yang bersifat internasional, merupakan kekuatan baik ditinjau secara kuantitas dan kualitas. Kekuatan tersebut akan memberikan pemecahan sosial baik internal yang berhubungan dengan bantuan tenaga, keuangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, secara eksternal dapat membendung kediktatoran orang-orang kafir.
d.      Unsur Berjamaah
Dengan panggilan tersebut, umat Islam akan datang berbondong-bondong sholat berjama’ah. Sebelum umat Islam menjalankan sholat berjama’ah, terlebih dahulu diawali dengan panggilan sholat (adzan). Dari panggilan isinya, kita sudah dapat membaca sasaran yang sebenarnya ditegakkannya sholat, yakni mencapai kemenangan, dengan kerja kerasnya umat Islam.
Dengan panggilan tersebut, umat Islam bersama – sama menuju ke masjid untuk sholat, dengan dipimpin oleh seorang pemimpin, imam sholat. Kebersamaan dan cepatnya berkumpul dalam satu tempat, kepatuhan umat terhadap pimpinan atau imam, sesungguhnya menunjukkan betapa kuat kekuatan Islam. Kuatnya persatuan yang dimiliki oleh umat Islam, menghilangkan ikatan suku, ras, dalam satu ikatan keTuhanan.  

5.       Hikmah sholat bagi kehidupan manusia
Sehingga dari keterangan diatas, mulai arti sholat dan hubungannya dengan ibadah lainnya, latar belakang dan tujuan adanya sholat, sampai unsure – unsure sholat, dapat kita ambil hikmahnya, antara lain :
a.       Mendekatkan diri dengan Allah SWT
Sholat sebagai ibadah ritual umat Islam, merupakan sarana kita mendekatkan diri kepada Allah. Karena dengan sholat, kita ingat akan dekatnya Allah kepada kita, sehingga membuat umat muslim semakin mendekatkan diri kepada Allah. “ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran “ ( QS. Al Baqarah 186 ).  
b.      Menjaga kesadaran dan pengendalian diri
Dengan sholat manusia akan selalu ingat kepada Allah, ingat akan dirinya sebagai hamba yang harus selalu mengabdi kepada Allah. Sehingga mereka akan sadar akan dirinya dan selalu menjaga dirinya dari hawa nafsu. “ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. “ ( At Thoha 14 )
c.       Motivasi dan terapi psikologis
Dari latar belakang turunnya perintah sholat dan unsur bacaan sholat dari takbir sampai salam maknaya terdiri dari ikrar pemujaan, pengabdian, permohonan. Ayat yang dibaca setelah Al fatihah, disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga membuat kita termotivasi. Ketika kita down, dengan sholat membuat kita ingat akan tujuan kita akan beribadah kepada Allah, hal ini membuat kita akan bangkit lagi dari keterpurukan.
d.      Memupuk rasa persamaan, persatuan dan persaudaraan
Adanya sholat berjamaah, menunjukkan kesamaan gerak dan koordinasi umat muslim dalam menjalankan aturan dan perintah Allah SWT. Hal ini membuat meningkatnya persaudaraan, persatuan dan kebersamaan umat. “ Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat)[344], maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu[345]], dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu. ( An Nisaa 102 )

e.      Mencegah perbuatan keji dan munkar
Dengan kesadaran akan Allah sebagai Tuhan dan manusia sebagai hamba, membuat kita selalu menjaga dan mengendalikan diri, sehingga dapat terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Sebagaimana firman Allah, “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar... “ ( QS.Al Ankabut 45 ).
f.        Menanamkan disiplin diri terhadap waktu
Allah memerintahkan sholat di waktu – waktu yang telah ditetapkan seperti yang sekarang dikerjakan. Hal ini membuat umat muslim terlatih akan disiplin waktu dalam menjalankan perintah, sehingga mereka terbiasa disiplin dalam kehidupan. Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. “ ( Huud 114 )
g.       Menolong memecahkan masalah
Dari latar belakang dan unsur-unsur sholat mengandung terapi atau pemecahan masalah sosial bagi umat Islam, pada masing-masing unsur memiliki pemecahan yang berbeda. Sholat merupakan energi yang mampu memberikan kekuatan bagi umat Islam dari kelayuan akibat hambatan orang-orang kafir. Sehingga dengan kebersamaan dan bengkitnya motivasi, membuat umat muslim dapat dorongan dalam memecahkan masalahnya.

VIII.            Referensi
1.       Abu A’la Maududi. Dasar – dasar Islam. Islamic Publication Limited: Pakistan, 1975.
2.       Al-Dihlawi, Syah Waliyullah, artikel dalam Ensyclopedia of Islam ( edisi baru ) oleh A.S. Bazmee Anshari.
3.       ‘Ali, A. Yusuf, The Holy Qur’an, 1934, 1959.
4.       Fazlur Rahman. Prophecy in Islam. London, 1958 ( rujukan kepada Al-Ghazali, Ma’arij al-Quds )
5.       Dja’far Ibnu Santa, Karnady Bolong. Islam Multi Dimensional. Yogyakarta. 1986.
6.       Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta. 1985.
7.       Husain Bahrasy. Himpunan Hadist Bukhori Muslim. Surabaya. 1980.
8.       Sulaiman Mara’i. Imam Muslim, Sholeh Muslim II. Singapura. 1979.

SEBAB – SEBAB dan PROSES TERBENTUKNYA AKHLAK dalam TINJAUAN HADIST



Kepribadian atau akhlak seseorang tidak terbentuk secara tiba – tiba. Terdapat suatu hukum yang universal dalam pembentukan akhlak, mulai dari perilaku sampai terbentuk sebuah akhlak. setiap muslim diuntut untuk mengenali akhlaknya dengan baik, agar dapat mengidentifikasi akhlak negative mereka, sehingga mereka dapat merubah akhlak negative tesebut sesuai dengan akhlak seorang muslim sejati. Untuk dapat mengenali dan merubah akhlak, kita harus mampu mengetahui bagaimana proses terbentuknya akhlak, hal - hal apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya akhlak.  
Rasulullah SAW, sering sekali melakukan pendidikan pada umatnya akan pembentukan akhlak, bagaimana kita dalam membentuk akhlak, factor – factor apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian seorang muslim. Dimana dengan mengetahui factor – factor yang mempengaruhi kepribadian tersebut, Rasulullah mengharapkan agar umat muslim dapat membentuk akhlak atau kepribadian yang sesuai dengan agama Allah. Sehingga agar umat muslim dapat memahami akhlaknya, maka seharusnya kita mempelajari sebab dan proses terbentuknya akhlak dalam tinjauan hadist nabi Muhammad SAW.

1.       Pengertian akhlak dan bedanya dengan perilaku
Akhlak adalah sebuah perilaku manusia yang dilakukan secara terpola dalam merespon stimulus yang sama. Misalkan, orang yang memiliki akhlak tidak bersihan atau kemproh ( dalam bahasa Jawa ), maka di kamarnya akan selalu berantakan, kotor, tidak rapi, bahkan ia jarang sekali memperhatikan kebersihan drinya. Setiap ia habis makan, maka ia akan meninggalkan sampah, tidak menaruh sampah di tempatnya. Akhlak biasanya disebut juga dengan kepribadian atau watak.
Akhlak diawali dari sebuah perilaku, dimana ketika perilaku yang dilakukan ini membawa kenikmatan atau reinforcement bagi pelaku. Maka orang tersebut akan mengulangi perilaku tersebut, sampai membentuk sebuah pola perilaku. Saat telah terpola inilah, perilaku dikatakan sebagai akhlak atau kepribadian. Misalkan ketika menghadapi masalah, pertama si A merespon dengan lari dari masalah, tetapi kedua, ketiga, ia tidak lari bahkan menghadapinya. Kasus seperti ini dikatakan si A tidak memiliki akhlak pengecut, tetapi hal ini masih sekedar perilaku. Tetapi jika si A setiap ada masalah selalu lari dari masalah, maka ia bias dikatakan memiliki akhlak pengecut. 

2.       Factor – factor pembentuk perilaku
Manusia mempunyai banyak kebutuhan, di antaranya adalah kebutuhan yang sangat mendasar yang dengannya ia dapat mempertahankan hidup dan melestarikan jenisnya, yang disebut dengan kebutuhan fisiologis. Ada pula kebutuhan yang penting untuk mewujudkan ketenangan jiwa dan kebahagiaannya, yang disebut dengan kebutuhan psikologis. Dari kebutuhan-kebutuhan ini muncul motif-motif yang menuntut manusia berperilaku untuk memenuhinya, antara lain:
a.       Motif fisiologis
o   Motif pemeliharaan diri
Hadist Nabi mengisyaratkan sebagian dari motif pemeliharaan diri yang sangat penting, misalnya rasa lapar, haus, lelah, panas dan dingin. Utsman bin Affan meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, bersabda, "Anak Adam tidak memiliki hak kecuali dalam beberapa hal berikut: rumah untuk ditinggali, pakaian untuk menutup auratnya, dan sepotong roti serta air. "
Al-Mustaurid bin Syaddad meriwayatkan bahwa Ra­sulullah saw bersabda, "Barang siapa bekerja untuk kami, hendaklah ia mencari seorang istri. Jika ia tidak mempunyai pembantu, hendaklah ia mencari seorang pembantu. Dan jika ia ti­dak mempunyai tempat tinggal, hendaklah ia mengusahakan tempat tinggal. " Hadis-hadis tersebut menjelaskan betapa penting motif-motif fisiologis yang pokok bagi manusia. Manusia butuh ma-kan untuk memenuhi rasa laparnya, butuh air untuk memenuhi rasa hausnya, butuh tempat tinggal untuk melindunginya dari angin, panas dan dingin, dari ancaman binatang-binatang buas, dan sebagai tempat istirahat setelah bekerja seharian.
o   Motif menjaga kelestarian species
1)      Motif seksual
Motif seksual merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan binatang. Motif inilah yang menciptakan ketertarikan antara makhluk yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Berangkat dari ketertarikan antar jenis ini tercipta sebuah keluarga. Keluarga akan melahirkan keturunan, dan pada gilirannya akan menghasilkan sebuah generasi. Dari siklus seperti ini, keberadaan spesies bias dipertahankan.
Alquran telah mengisyaratkan adanya motif seksual yang berfungsi untuk menjaga kelestarian spesies. "Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenismu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istrimu itu, anak-anak dan cucu-cucu (QS 16:72); Hai sekalian manusia, bertakwalah kcpada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak (QS4: 1).
Rasulullah saw. telah menganjurkan kaum muslimin agar menikah. Bahkan kelak pada hari kiamat Rasulullah akan merasa bangga atas jumlah kaum muslimin yang sangat banyak.. Rasulullah saw bersabda, "Nikah termasuk sunnahku. Barang siapa tidak mengamalkan sunnahku, ia tidak termasuk golonganku. “
2)      Motif keibuan
Motif keibuan nampak jelas pada perilaku ibu kepada anaknya yang masih berusia balita. Sang ibu akan menunjukkan rasa cinta, kasih sayang, kelembutan dan perlindungan. Perilaku naluriah seorang ibu juga akan terlihat jelas pada sikap kebanyakan hewan yang memiliki anak, apalagi pada hewan yang memiliki kantong susu. Sang induk akan menyusui anak-anaknya dan melindung mereka. Bahkan sang induk akan berjuang membela anaknya apabila mereka dalam bahaya.
Rasulullah saw. mengisyaratkan penderitaan yang dialami seorang ibu saat mengandung, melahirkan, dan menyusui anak­nya. la rela tidak tidur demi menjaga dan melindungi anaknya.
b.      Motif psikologis
o   Motivasi beragama
Secara fitrah, manusia memiliki kesiapan (potensi) untuk mengenal dan beriman kepada Allah. Manusia berpotensi untuk bertauhid, mendekatkan diri kepada Allah, kembali kepada-Nya dan meminta pertolongan kepada-Nya dalam menghadapi kesulitan yang dialaminya. Alquran telah mengisyaratkan tentang fitrah manusia yang mendasar yang mendorongnya untuk beragama. Allah berfirman: “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. Itulah fitrah Allah yang berdasarkan fitrah itu Dia menciptakan manusia. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. " (QS 30: 30).
Demikian pula Rasulullah saw. menjelaskan bahwa ma­nusia dilahirkan dengan membawa fitrah dan agama yang lu­rus. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Semua anak dilahirkan dalam fitrah. Lantas kedua orang tuanya menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana halnya binatang melahirkan anak binatang secara sempurna, apakah kalian rasa terdapat cacat pada anak binatabg itu.? " Kemudian Abu Hurairah berkata, "Bacalah jika engkau mau: Itulah fitrah Allah yang berdasarkan fitrah itu Dia menciptakan manusia. “
o   Motivasi berkompetisi
Motif berkompetisi merupakan salah satu motif psikologis yang biasa dimiliki oleh orang yang tinggal di tengah masyarakat. Alquran sendiri mendorong manusia untuk berkompetisi da­lam takwa kepada Allah, mendekatkan diri kepada-Nya dengan beribadah dan beramal salih. Allah Ta'ala berfirman: “ Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga). Mereka duduk di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan. Me­reka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya manusia berlomba-lomba. “ (QS 83:22-26).
' Uqbah bin Amir berkata, "Suatu hari, Rasulullah saw. keluar dan melakukan shalat jenazah untuk para syuhada yang gugur dalam Perang Uhud. Kemudian beliau naik mimbar dan bersabda, “ Sungguh, aku adalah farath bagi kalian (tiba di telaga), dan aku penyaksi kalian. Demi Allah, saat ini aku tengah memandangi Telagaku. Aku telah diberi kunci-kuci simpanan kekayaan bumi. Dan demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian akan menjadi musyrik sepeninggal diriku. Tetapi, aku khawatir kalian akan berlomba-lomba dalam urusan duniawi.”
o   Motivasi kepemilikan
Manusia mempunyai kecenderungan untuk memiliki harta, tempat tinggal, tanah, dan beragam perhiasan duniawi lainnya. Alquran telah mengisyaratkan bagaimana manusia senang me­miliki harta benda. Allah Ta'ala berfiman :        “ Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik. “ (QS3:14); “ Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. “ (QS 89: 20)
Demikian juga Rasulullah saw. mengisyaratkan bagaimana manusia senang memiliki harta benda. Anas bin Malik meriwa­yatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, " Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, niscaya ia akan tetap menginginkan lembah emas yang ketiga. Tidak ada yang bias menyumpal mulut anak Adam selain tanah. Dan Allah akan menerima tobat orang yang bertobat. “

3.       Proses terbentuknya akhlak
a.       Reinforcement
Reinforcement merupakan penguatan yang diberikan terhadap perilaku manusia. Reinforcement dibedakan menjadi 2, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative. Ketika dalam berperilaku manusia mendapatkan reinforcement positif, maka ia akan merasakan kenikmatan, kenyamanan dalam perilakunya. Sehingga  perilaku tersebut akan selalu diulang – ulang, dan akan menjadi sebuah akhlak. Misalkan, anak yang hidup di keluarga yang sangat sayang kepada anaknya, anak tersebut ketika habis makan, piringnya dicucikan pembantu, makan diambilkan, orang tua membiarkan anaknya berperilaku seperti itu bahkan semakin disayang. Hal ini merupakan reinforcement positif, yang membuat ia merasakan kenyamanan dan kenikmatan, sehingga ia akan sering melakukan perilaku tersebut, ia menjadi terkondisikan untuk dimanja, sehingga ia akan memiliki kepribadian anak yang manja. Tetapi saat ia berperilaku manja dengan tidak mencuci piring setelah makan, dan orang tuanya memarahi dia bahkan memukul. Ia akan menjadi jera dan tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut, hal inilah yang disebut reinforcement negative.      
Dalam Islam, reinforcement positif ini bisa berbentuk penghargaan atau pujian, pahala, masuk surge yang membuat orang akan ketagihan untuk berperilaku baik, sehingga membentuk kepribadian yang baik. Sebaliknya, hinaan, hukuman atau dosa,masuk neraka, merupakan reinforcement negative, yang membuat orang tidak akan mengulangi perilaku buruknya, sehingga tidak terbentuk akhlak negative.

b.      Peran hereditas, fitrah manusia dan lingkungan dalam terbentuknya akhlak
o   Pengaruh hereditas
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa faktor hereditas memiliki pengaruh pada perbedaan individu. Menurut Rasulullah, Allah Ta'ala telah menciptakan Adam as.dari segumpal tanah yang berasal dari semua unsur tanah yang ada di permukaan bumi. Abu Hurairah berkata, "Ada seorang laki-laki dari Bani Fazarah datang kepada Nabi saw. seraya berkata, ' Istriku telah melahirkan seorang anak berkulit hitam.' Nabi saw. bersabda, Apakah kamu memiliki unta ? ' Lelaki itu menjawab, 'Ya.' Rasulullah bertanya Apa warnanya?' Lelaki itu menjawab, 'Merah.' Rasulullah bertanya lagi, Apakah kehitam-hitaman?' Lelaki itu berkata, 'Sebenarnya memang kehitam-hitaman.' Lelaki itu kembali berkata, 'Lantas dari mana datangnya waran hitam pada unta itu?' Rasulullah bersabda, 'Mungkin karena faktor keturunan.
Rasulullah saw. Juga telah mengisyaratkan adanya pengaruh genetis pada perilaku seseorang. Rasulullah bersabda, "Memilihlah untuk nuthfah kalian! Dan nikahilah para wanita yang sepadan, dan nikahkan juga (mereka) dengan lelaki yang sepadan !” Riwayat hadis di atas mengarahkan seseorang agar memilih pasangan hidupnya dari asal (keturunan) yang baik, agar dari pernikahannya itu ia bias melahirkan keturunan yang baik pula, dengan kepribadian yang baik.
o   Fitrah manusia
Hakikat manusia adalah terdiri dari materi dan ruh, sehingga manusia memiliki sifat hewan dan malakat. Karena materi memiliki sifat keduniawian yang cenderung ke hawa nafsu, sedangkan ruh atau jiwa merupakan sifat akhirat, dimana cenderung menuju pada kebenaran ( suara kebenaran ). Sehingga secara fitrah manusia memiliki sifat yang menuju pada kebenaran dan menuju pada keburukan. “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada firah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “.( Ar Rum 30 ). Sehingga ketika manusia dalam memutuskan sebuah perilaku, ia akan dipengaruhi oleh firah tersebut. Ketika perilaku cenderung ke suara kebenaran, maka ia akan memiliki akhlak yang baik, dan sebaliknya.

o   Pengaruh lingkungan
Kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial dan budaya setempat, tradisi, nilai-nilai, perilaku kedua orang tuanya, cara orang tua mendidik dan memperlakukannya, berbagai macam media, juga dipengaruhi oleh beragam peristiwa yang dialami dalam kehidupannya. Anak akan mempelajari bahasa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi kedua orang tua­nya, mempelajari agama yang diyakini kedua orang tuanya, dan mempelajari akhlak, kecenderungn, serta pemikiran kedua orang tuanya.
Rasulullah saw. telah mengisyaratkan peran penting keluarga dalam pertumbuhan kepribadian anak. Beliau bersabda, " Tidak ada yang lahir melainkan terlahir dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang yang melahirkan seekor annk dengan sempurna, apakah kalian rasa ada cacat pada anak binatang itu ? " Abu Musi meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan teman yang salih dan teman yang buruki tu ibarat penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi bisa jadi akan memberimu minyak, atau kamu akan membeli minyak, atau kamu akan mendapat aroma wa­ngi darinya. Sementara pandai besi, bias jadi ia akan membakar busanamu atau kamu akan menjumpai aroma tidak sedap darinya.” Rasulullah saw. Juga bersabda, " Seseorang berpijak pada agama temannya. Maka, lihatlah siapa yang menjadi temannya ! "

I.                    Referensi
1.       Muhammad ‘Utman Najati. ‘Ilmu Al-Nafs Al-Shina’iy. Kuwait: Muassasah Al-Shabah, 1980.
2.       Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad Al – Anshary Al – Qurthubi. Al-Jami’li Ahkam Al Qur’an. Beirut : Dar Kitab Al-‘Araby, 1967.
3.       Al-Hafizh Al-Mundziry. Mukhtashar Sahih Muslim. Beirut: Al-Maktab Al-Islamy, 1977.
4.       Abu ‘Abdillah Malik. Muwatha’ Al Imam Malik. Beirut: Dar Al-Nafais, 1983.
5.       Adler, Alfred. Understanding Human Nature. New York: Greenburg Publishers, Inc, 1927.
6.       Atkinson, R.L.Alkinson, R.C. and Higrad, E.R. Introduction to Psycology. New York: Harcourt Brace Javanovich, Inc, 1983.  
7.       Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta. 1985.
8.       Husain Bahrasy. Himpunan Hadist Bukhori Muslim. Surabaya. 1980.