Kepribadian atau akhlak seseorang
tidak terbentuk secara tiba – tiba. Terdapat suatu hukum yang universal dalam
pembentukan akhlak, mulai dari perilaku sampai terbentuk sebuah akhlak. setiap
muslim diuntut untuk mengenali akhlaknya dengan baik, agar dapat
mengidentifikasi akhlak negative mereka, sehingga mereka dapat merubah akhlak
negative tesebut sesuai dengan akhlak seorang muslim sejati. Untuk dapat
mengenali dan merubah akhlak, kita harus mampu mengetahui bagaimana proses
terbentuknya akhlak, hal - hal apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya
akhlak.
Rasulullah SAW, sering sekali melakukan
pendidikan pada umatnya akan pembentukan akhlak, bagaimana kita dalam membentuk
akhlak, factor – factor apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya
kepribadian seorang muslim. Dimana dengan mengetahui factor – factor yang
mempengaruhi kepribadian tersebut, Rasulullah mengharapkan agar umat muslim
dapat membentuk akhlak atau kepribadian yang sesuai dengan agama Allah.
Sehingga agar umat muslim dapat memahami akhlaknya, maka seharusnya kita
mempelajari sebab dan proses terbentuknya akhlak dalam tinjauan hadist nabi
Muhammad SAW.
1.
Pengertian akhlak dan bedanya dengan perilaku
Akhlak adalah sebuah perilaku
manusia yang dilakukan secara terpola dalam merespon stimulus yang sama.
Misalkan, orang yang memiliki akhlak tidak bersihan atau kemproh ( dalam bahasa
Jawa ), maka di kamarnya akan selalu berantakan, kotor, tidak rapi, bahkan ia
jarang sekali memperhatikan kebersihan drinya. Setiap ia habis makan, maka ia
akan meninggalkan sampah, tidak menaruh sampah di tempatnya. Akhlak biasanya
disebut juga dengan kepribadian atau watak.
Akhlak diawali dari sebuah perilaku,
dimana ketika perilaku yang dilakukan ini membawa kenikmatan atau reinforcement
bagi pelaku. Maka orang tersebut akan mengulangi perilaku tersebut, sampai
membentuk sebuah pola perilaku. Saat telah terpola inilah, perilaku dikatakan
sebagai akhlak atau kepribadian. Misalkan ketika menghadapi masalah, pertama si
A merespon dengan lari dari masalah, tetapi kedua, ketiga, ia tidak lari bahkan
menghadapinya. Kasus seperti ini dikatakan si A tidak memiliki akhlak pengecut,
tetapi hal ini masih sekedar perilaku. Tetapi jika si A setiap ada masalah
selalu lari dari masalah, maka ia bias dikatakan memiliki akhlak pengecut.
2.
Factor – factor pembentuk perilaku
Manusia mempunyai banyak kebutuhan, di antaranya adalah kebutuhan yang sangat mendasar yang
dengannya ia dapat mempertahankan hidup dan
melestarikan jenisnya, yang disebut dengan kebutuhan fisiologis. Ada pula kebutuhan yang penting untuk mewujudkan ketenangan
jiwa dan kebahagiaannya, yang disebut
dengan kebutuhan psikologis. Dari kebutuhan-kebutuhan ini muncul motif-motif yang menuntut manusia berperilaku untuk
memenuhinya, antara lain:
a.
Motif fisiologis
o
Motif pemeliharaan diri
Hadist Nabi mengisyaratkan sebagian dari motif pemeliharaan diri yang sangat penting, misalnya rasa
lapar, haus, lelah, panas
dan dingin. Utsman bin Affan meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, bersabda, "Anak
Adam tidak memiliki hak kecuali dalam beberapa hal berikut: rumah untuk ditinggali,
pakaian untuk menutup
auratnya, dan sepotong roti serta air. "
Al-Mustaurid bin Syaddad meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Barang
siapa bekerja untuk kami, hendaklah ia mencari seorang istri. Jika ia tidak mempunyai pembantu, hendaklah ia mencari seorang
pembantu. Dan jika ia tidak
mempunyai tempat tinggal, hendaklah ia mengusahakan tempat tinggal. " Hadis-hadis tersebut menjelaskan betapa penting
motif-motif fisiologis
yang pokok bagi manusia. Manusia butuh ma-kan untuk memenuhi rasa laparnya, butuh air untuk
memenuhi rasa hausnya, butuh
tempat tinggal untuk melindunginya dari angin, panas dan dingin, dari ancaman binatang-binatang
buas, dan sebagai tempat istirahat setelah
bekerja seharian.
o
Motif menjaga kelestarian species
1)
Motif seksual
Motif seksual merupakan sesuatu yang
sangat penting dalam kehidupan manusia dan binatang. Motif inilah yang
menciptakan ketertarikan antara makhluk yang berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Berangkat dari ketertarikan antar jenis ini tercipta sebuah
keluarga. Keluarga akan melahirkan keturunan, dan pada gilirannya akan
menghasilkan sebuah generasi. Dari siklus seperti ini, keberadaan spesies bias dipertahankan.
Alquran telah mengisyaratkan adanya
motif seksual yang berfungsi untuk menjaga kelestarian spesies. "Allah menjadikan bagi kamu istri-istri
dari jenismu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istrimu itu, anak-anak
dan cucu-cucu (QS 16:72); Hai sekalian manusia, bertakwalah kcpada Tuhanmu yang
telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan
istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak (QS4: 1).
Rasulullah saw. telah menganjurkan
kaum muslimin agar menikah. Bahkan kelak pada hari kiamat Rasulullah akan merasa
bangga atas jumlah kaum muslimin yang sangat banyak.. Rasulullah saw bersabda,
"Nikah termasuk sunnahku. Barang siapa
tidak mengamalkan sunnahku, ia tidak termasuk golonganku. “
2)
Motif keibuan
Motif keibuan nampak jelas pada
perilaku ibu kepada anaknya yang masih berusia balita. Sang ibu akan
menunjukkan rasa cinta, kasih sayang, kelembutan dan perlindungan. Perilaku
naluriah seorang ibu juga akan terlihat jelas pada sikap kebanyakan hewan yang
memiliki anak, apalagi pada hewan yang memiliki kantong susu. Sang induk akan
menyusui anak-anaknya dan melindung mereka. Bahkan sang induk akan berjuang
membela anaknya apabila mereka dalam bahaya.
Rasulullah saw. mengisyaratkan
penderitaan yang dialami seorang ibu saat mengandung, melahirkan, dan menyusui
anaknya. la rela tidak tidur demi menjaga dan melindungi anaknya.
b.
Motif psikologis
o
Motivasi beragama
Secara fitrah, manusia memiliki kesiapan
(potensi) untuk mengenal dan beriman kepada Allah. Manusia berpotensi untuk
bertauhid, mendekatkan diri kepada Allah, kembali kepada-Nya dan meminta
pertolongan kepada-Nya dalam menghadapi kesulitan yang dialaminya. Alquran
telah mengisyaratkan tentang fitrah manusia yang mendasar yang mendorongnya
untuk beragama. Allah berfirman: “ Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. Itulah fitrah Allah yang
berdasarkan fitrah itu Dia menciptakan manusia. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
" (QS 30: 30).
Demikian pula Rasulullah saw. menjelaskan bahwa manusia dilahirkan
dengan membawa fitrah dan agama yang lurus. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa
Rasulullah bersabda, "Semua anak
dilahirkan dalam fitrah. Lantas kedua orang tuanya menjadikannya seorang
Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana halnya binatang melahirkan anak
binatang secara sempurna, apakah kalian rasa terdapat cacat pada anak binatabg
itu.? " Kemudian Abu Hurairah berkata, "Bacalah jika engkau mau: Itulah fitrah Allah yang berdasarkan
fitrah itu Dia menciptakan manusia. “
o
Motivasi berkompetisi
Motif berkompetisi merupakan salah satu
motif psikologis yang biasa dimiliki oleh orang yang tinggal di tengah
masyarakat. Alquran sendiri mendorong manusia untuk berkompetisi dalam takwa
kepada Allah, mendekatkan diri kepada-Nya dengan beribadah dan beramal salih.
Allah Ta'ala berfirman: “ Sesungguhnya
orang-orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar
(surga). Mereka duduk di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat
mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan. Mereka
diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi;
dan untuk yang demikian itu hendaknya manusia berlomba-lomba. “ (QS
83:22-26).
' Uqbah bin
Amir berkata, "Suatu hari, Rasulullah saw. keluar dan melakukan shalat
jenazah untuk para syuhada yang gugur dalam Perang Uhud. Kemudian beliau naik
mimbar dan bersabda, “ Sungguh, aku
adalah farath bagi kalian (tiba di telaga), dan aku penyaksi kalian. Demi
Allah, saat ini aku tengah memandangi Telagaku. Aku telah diberi kunci-kuci
simpanan kekayaan bumi. Dan demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian akan
menjadi musyrik sepeninggal diriku. Tetapi, aku khawatir kalian akan
berlomba-lomba dalam urusan duniawi.”
o
Motivasi kepemilikan
Manusia mempunyai kecenderungan
untuk memiliki harta, tempat tinggal, tanah, dan beragam perhiasan duniawi
lainnya. Alquran telah mengisyaratkan bagaimana manusia senang memiliki harta
benda. Allah Ta'ala berfiman : “ Dijadikan indah pada pandangan manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat
kembali yang baik. “ (QS3:14); “ Dan kalian mencintai harta benda dengan
kecintaan yang berlebihan. “ (QS 89: 20)
Demikian juga Rasulullah saw.
mengisyaratkan bagaimana manusia senang memiliki harta benda. Anas bin Malik
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, " Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, niscaya ia akan
tetap menginginkan lembah emas yang ketiga. Tidak ada yang bias menyumpal mulut
anak Adam selain tanah. Dan Allah akan menerima tobat orang yang bertobat. “
3.
Proses terbentuknya akhlak
a.
Reinforcement
Reinforcement merupakan penguatan
yang diberikan terhadap perilaku manusia. Reinforcement dibedakan menjadi 2,
yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative. Ketika dalam
berperilaku manusia mendapatkan reinforcement positif, maka ia akan merasakan
kenikmatan, kenyamanan dalam perilakunya. Sehingga perilaku tersebut akan selalu diulang –
ulang, dan akan menjadi sebuah akhlak. Misalkan, anak yang hidup di keluarga
yang sangat sayang kepada anaknya, anak tersebut ketika habis makan, piringnya
dicucikan pembantu, makan diambilkan, orang tua membiarkan anaknya berperilaku
seperti itu bahkan semakin disayang. Hal ini merupakan reinforcement positif,
yang membuat ia merasakan kenyamanan dan kenikmatan, sehingga ia akan sering
melakukan perilaku tersebut, ia menjadi terkondisikan untuk dimanja, sehingga
ia akan memiliki kepribadian anak yang manja. Tetapi saat ia berperilaku manja
dengan tidak mencuci piring setelah makan, dan orang tuanya memarahi dia bahkan
memukul. Ia akan menjadi jera dan tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut,
hal inilah yang disebut reinforcement negative.
Dalam Islam, reinforcement positif
ini bisa berbentuk penghargaan atau pujian, pahala, masuk surge yang membuat
orang akan ketagihan untuk berperilaku baik, sehingga membentuk kepribadian
yang baik. Sebaliknya, hinaan, hukuman atau dosa,masuk neraka, merupakan
reinforcement negative, yang membuat orang tidak akan mengulangi perilaku
buruknya, sehingga tidak terbentuk akhlak negative.
b.
Peran hereditas, fitrah manusia dan lingkungan
dalam terbentuknya akhlak
o
Pengaruh hereditas
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa faktor
hereditas memiliki pengaruh pada perbedaan individu. Menurut Rasulullah, Allah
Ta'ala telah menciptakan Adam as.dari segumpal tanah yang berasal dari semua
unsur tanah yang ada di permukaan bumi. Abu Hurairah berkata, "Ada seorang laki-laki dari Bani
Fazarah datang kepada Nabi saw. seraya berkata, ' Istriku telah melahirkan
seorang anak berkulit hitam.' Nabi saw. bersabda, Apakah kamu memiliki unta ? '
Lelaki itu menjawab, 'Ya.' Rasulullah bertanya Apa warnanya?' Lelaki itu
menjawab, 'Merah.' Rasulullah bertanya lagi, Apakah kehitam-hitaman?' Lelaki
itu berkata, 'Sebenarnya memang kehitam-hitaman.' Lelaki itu kembali berkata,
'Lantas dari mana datangnya waran hitam pada unta itu?' Rasulullah bersabda,
'Mungkin karena faktor keturunan.
Rasulullah saw. Juga telah mengisyaratkan adanya pengaruh genetis pada
perilaku seseorang. Rasulullah bersabda, "Memilihlah
untuk nuthfah kalian! Dan nikahilah para wanita yang sepadan, dan nikahkan juga
(mereka) dengan lelaki yang sepadan !” Riwayat hadis di atas mengarahkan
seseorang agar memilih pasangan hidupnya dari asal (keturunan) yang baik, agar
dari pernikahannya itu ia bias melahirkan keturunan yang baik pula, dengan
kepribadian yang baik.
o
Fitrah manusia
Hakikat manusia
adalah terdiri dari materi dan ruh, sehingga manusia memiliki sifat hewan dan
malakat. Karena materi memiliki sifat keduniawian yang cenderung ke hawa nafsu,
sedangkan ruh atau jiwa merupakan sifat akhirat, dimana cenderung menuju pada
kebenaran ( suara kebenaran ). Sehingga secara fitrah manusia memiliki sifat
yang menuju pada kebenaran dan menuju pada keburukan. “ Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada firah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
“.( Ar Rum 30 ). Sehingga ketika
manusia dalam memutuskan sebuah perilaku, ia akan dipengaruhi oleh firah
tersebut. Ketika perilaku cenderung ke suara kebenaran, maka ia akan memiliki akhlak
yang baik, dan sebaliknya.
o
Pengaruh lingkungan
Kepribadian anak sangat dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan sosial dan budaya setempat, tradisi, nilai-nilai,
perilaku kedua orang tuanya, cara orang tua mendidik dan memperlakukannya,
berbagai macam media, juga dipengaruhi oleh beragam peristiwa yang dialami
dalam kehidupannya. Anak akan mempelajari bahasa yang dipergunakan sebagai alat
komunikasi kedua orang tuanya, mempelajari agama yang diyakini kedua orang
tuanya, dan mempelajari akhlak, kecenderungn, serta pemikiran kedua orang
tuanya.
Rasulullah saw. telah mengisyaratkan
peran penting keluarga dalam pertumbuhan kepribadian anak. Beliau bersabda, " Tidak ada yang lahir melainkan
terlahir dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang
Yahudi, Nashrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang yang melahirkan seekor annk
dengan sempurna, apakah kalian rasa ada cacat pada anak binatang itu ? " Abu
Musi meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan teman yang salih dan teman yang buruki
tu ibarat penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi bisa jadi
akan memberimu minyak, atau kamu akan membeli minyak, atau kamu akan mendapat
aroma wangi darinya. Sementara pandai besi, bias jadi ia akan membakar busanamu
atau kamu akan menjumpai aroma tidak sedap darinya.” Rasulullah saw. Juga
bersabda, " Seseorang berpijak pada
agama temannya. Maka, lihatlah siapa yang menjadi temannya ! "
I.
Referensi
1.
Muhammad ‘Utman Najati. ‘Ilmu Al-Nafs Al-Shina’iy. Kuwait: Muassasah Al-Shabah, 1980.
2.
Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad Al – Anshary Al
– Qurthubi. Al-Jami’li Ahkam Al Qur’an.
Beirut : Dar Kitab Al-‘Araby, 1967.
3.
Al-Hafizh Al-Mundziry. Mukhtashar Sahih Muslim. Beirut: Al-Maktab Al-Islamy, 1977.
4.
Abu ‘Abdillah Malik. Muwatha’ Al Imam Malik. Beirut: Dar Al-Nafais, 1983.
5.
Adler, Alfred. Understanding Human Nature. New York: Greenburg Publishers, Inc,
1927.
6.
Atkinson, R.L.Alkinson, R.C. and Higrad, E.R. Introduction to Psycology. New York:
Harcourt Brace Javanovich, Inc, 1983.
7.
Departemen
Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya.
Jakarta. 1985.
8.
Husain
Bahrasy. Himpunan Hadist Bukhori Muslim.
Surabaya. 1980.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar