Sabtu, 22 Desember 2012

SEBAB – SEBAB dan PROSES TERBENTUKNYA AKHLAK dalam TINJAUAN HADIST



Kepribadian atau akhlak seseorang tidak terbentuk secara tiba – tiba. Terdapat suatu hukum yang universal dalam pembentukan akhlak, mulai dari perilaku sampai terbentuk sebuah akhlak. setiap muslim diuntut untuk mengenali akhlaknya dengan baik, agar dapat mengidentifikasi akhlak negative mereka, sehingga mereka dapat merubah akhlak negative tesebut sesuai dengan akhlak seorang muslim sejati. Untuk dapat mengenali dan merubah akhlak, kita harus mampu mengetahui bagaimana proses terbentuknya akhlak, hal - hal apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya akhlak.  
Rasulullah SAW, sering sekali melakukan pendidikan pada umatnya akan pembentukan akhlak, bagaimana kita dalam membentuk akhlak, factor – factor apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian seorang muslim. Dimana dengan mengetahui factor – factor yang mempengaruhi kepribadian tersebut, Rasulullah mengharapkan agar umat muslim dapat membentuk akhlak atau kepribadian yang sesuai dengan agama Allah. Sehingga agar umat muslim dapat memahami akhlaknya, maka seharusnya kita mempelajari sebab dan proses terbentuknya akhlak dalam tinjauan hadist nabi Muhammad SAW.

1.       Pengertian akhlak dan bedanya dengan perilaku
Akhlak adalah sebuah perilaku manusia yang dilakukan secara terpola dalam merespon stimulus yang sama. Misalkan, orang yang memiliki akhlak tidak bersihan atau kemproh ( dalam bahasa Jawa ), maka di kamarnya akan selalu berantakan, kotor, tidak rapi, bahkan ia jarang sekali memperhatikan kebersihan drinya. Setiap ia habis makan, maka ia akan meninggalkan sampah, tidak menaruh sampah di tempatnya. Akhlak biasanya disebut juga dengan kepribadian atau watak.
Akhlak diawali dari sebuah perilaku, dimana ketika perilaku yang dilakukan ini membawa kenikmatan atau reinforcement bagi pelaku. Maka orang tersebut akan mengulangi perilaku tersebut, sampai membentuk sebuah pola perilaku. Saat telah terpola inilah, perilaku dikatakan sebagai akhlak atau kepribadian. Misalkan ketika menghadapi masalah, pertama si A merespon dengan lari dari masalah, tetapi kedua, ketiga, ia tidak lari bahkan menghadapinya. Kasus seperti ini dikatakan si A tidak memiliki akhlak pengecut, tetapi hal ini masih sekedar perilaku. Tetapi jika si A setiap ada masalah selalu lari dari masalah, maka ia bias dikatakan memiliki akhlak pengecut. 

2.       Factor – factor pembentuk perilaku
Manusia mempunyai banyak kebutuhan, di antaranya adalah kebutuhan yang sangat mendasar yang dengannya ia dapat mempertahankan hidup dan melestarikan jenisnya, yang disebut dengan kebutuhan fisiologis. Ada pula kebutuhan yang penting untuk mewujudkan ketenangan jiwa dan kebahagiaannya, yang disebut dengan kebutuhan psikologis. Dari kebutuhan-kebutuhan ini muncul motif-motif yang menuntut manusia berperilaku untuk memenuhinya, antara lain:
a.       Motif fisiologis
o   Motif pemeliharaan diri
Hadist Nabi mengisyaratkan sebagian dari motif pemeliharaan diri yang sangat penting, misalnya rasa lapar, haus, lelah, panas dan dingin. Utsman bin Affan meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, bersabda, "Anak Adam tidak memiliki hak kecuali dalam beberapa hal berikut: rumah untuk ditinggali, pakaian untuk menutup auratnya, dan sepotong roti serta air. "
Al-Mustaurid bin Syaddad meriwayatkan bahwa Ra­sulullah saw bersabda, "Barang siapa bekerja untuk kami, hendaklah ia mencari seorang istri. Jika ia tidak mempunyai pembantu, hendaklah ia mencari seorang pembantu. Dan jika ia ti­dak mempunyai tempat tinggal, hendaklah ia mengusahakan tempat tinggal. " Hadis-hadis tersebut menjelaskan betapa penting motif-motif fisiologis yang pokok bagi manusia. Manusia butuh ma-kan untuk memenuhi rasa laparnya, butuh air untuk memenuhi rasa hausnya, butuh tempat tinggal untuk melindunginya dari angin, panas dan dingin, dari ancaman binatang-binatang buas, dan sebagai tempat istirahat setelah bekerja seharian.
o   Motif menjaga kelestarian species
1)      Motif seksual
Motif seksual merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan binatang. Motif inilah yang menciptakan ketertarikan antara makhluk yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Berangkat dari ketertarikan antar jenis ini tercipta sebuah keluarga. Keluarga akan melahirkan keturunan, dan pada gilirannya akan menghasilkan sebuah generasi. Dari siklus seperti ini, keberadaan spesies bias dipertahankan.
Alquran telah mengisyaratkan adanya motif seksual yang berfungsi untuk menjaga kelestarian spesies. "Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenismu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istrimu itu, anak-anak dan cucu-cucu (QS 16:72); Hai sekalian manusia, bertakwalah kcpada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak (QS4: 1).
Rasulullah saw. telah menganjurkan kaum muslimin agar menikah. Bahkan kelak pada hari kiamat Rasulullah akan merasa bangga atas jumlah kaum muslimin yang sangat banyak.. Rasulullah saw bersabda, "Nikah termasuk sunnahku. Barang siapa tidak mengamalkan sunnahku, ia tidak termasuk golonganku. “
2)      Motif keibuan
Motif keibuan nampak jelas pada perilaku ibu kepada anaknya yang masih berusia balita. Sang ibu akan menunjukkan rasa cinta, kasih sayang, kelembutan dan perlindungan. Perilaku naluriah seorang ibu juga akan terlihat jelas pada sikap kebanyakan hewan yang memiliki anak, apalagi pada hewan yang memiliki kantong susu. Sang induk akan menyusui anak-anaknya dan melindung mereka. Bahkan sang induk akan berjuang membela anaknya apabila mereka dalam bahaya.
Rasulullah saw. mengisyaratkan penderitaan yang dialami seorang ibu saat mengandung, melahirkan, dan menyusui anak­nya. la rela tidak tidur demi menjaga dan melindungi anaknya.
b.      Motif psikologis
o   Motivasi beragama
Secara fitrah, manusia memiliki kesiapan (potensi) untuk mengenal dan beriman kepada Allah. Manusia berpotensi untuk bertauhid, mendekatkan diri kepada Allah, kembali kepada-Nya dan meminta pertolongan kepada-Nya dalam menghadapi kesulitan yang dialaminya. Alquran telah mengisyaratkan tentang fitrah manusia yang mendasar yang mendorongnya untuk beragama. Allah berfirman: “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. Itulah fitrah Allah yang berdasarkan fitrah itu Dia menciptakan manusia. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. " (QS 30: 30).
Demikian pula Rasulullah saw. menjelaskan bahwa ma­nusia dilahirkan dengan membawa fitrah dan agama yang lu­rus. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Semua anak dilahirkan dalam fitrah. Lantas kedua orang tuanya menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana halnya binatang melahirkan anak binatang secara sempurna, apakah kalian rasa terdapat cacat pada anak binatabg itu.? " Kemudian Abu Hurairah berkata, "Bacalah jika engkau mau: Itulah fitrah Allah yang berdasarkan fitrah itu Dia menciptakan manusia. “
o   Motivasi berkompetisi
Motif berkompetisi merupakan salah satu motif psikologis yang biasa dimiliki oleh orang yang tinggal di tengah masyarakat. Alquran sendiri mendorong manusia untuk berkompetisi da­lam takwa kepada Allah, mendekatkan diri kepada-Nya dengan beribadah dan beramal salih. Allah Ta'ala berfirman: “ Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga). Mereka duduk di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan. Me­reka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya manusia berlomba-lomba. “ (QS 83:22-26).
' Uqbah bin Amir berkata, "Suatu hari, Rasulullah saw. keluar dan melakukan shalat jenazah untuk para syuhada yang gugur dalam Perang Uhud. Kemudian beliau naik mimbar dan bersabda, “ Sungguh, aku adalah farath bagi kalian (tiba di telaga), dan aku penyaksi kalian. Demi Allah, saat ini aku tengah memandangi Telagaku. Aku telah diberi kunci-kuci simpanan kekayaan bumi. Dan demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian akan menjadi musyrik sepeninggal diriku. Tetapi, aku khawatir kalian akan berlomba-lomba dalam urusan duniawi.”
o   Motivasi kepemilikan
Manusia mempunyai kecenderungan untuk memiliki harta, tempat tinggal, tanah, dan beragam perhiasan duniawi lainnya. Alquran telah mengisyaratkan bagaimana manusia senang me­miliki harta benda. Allah Ta'ala berfiman :        “ Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik. “ (QS3:14); “ Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. “ (QS 89: 20)
Demikian juga Rasulullah saw. mengisyaratkan bagaimana manusia senang memiliki harta benda. Anas bin Malik meriwa­yatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, " Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, niscaya ia akan tetap menginginkan lembah emas yang ketiga. Tidak ada yang bias menyumpal mulut anak Adam selain tanah. Dan Allah akan menerima tobat orang yang bertobat. “

3.       Proses terbentuknya akhlak
a.       Reinforcement
Reinforcement merupakan penguatan yang diberikan terhadap perilaku manusia. Reinforcement dibedakan menjadi 2, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative. Ketika dalam berperilaku manusia mendapatkan reinforcement positif, maka ia akan merasakan kenikmatan, kenyamanan dalam perilakunya. Sehingga  perilaku tersebut akan selalu diulang – ulang, dan akan menjadi sebuah akhlak. Misalkan, anak yang hidup di keluarga yang sangat sayang kepada anaknya, anak tersebut ketika habis makan, piringnya dicucikan pembantu, makan diambilkan, orang tua membiarkan anaknya berperilaku seperti itu bahkan semakin disayang. Hal ini merupakan reinforcement positif, yang membuat ia merasakan kenyamanan dan kenikmatan, sehingga ia akan sering melakukan perilaku tersebut, ia menjadi terkondisikan untuk dimanja, sehingga ia akan memiliki kepribadian anak yang manja. Tetapi saat ia berperilaku manja dengan tidak mencuci piring setelah makan, dan orang tuanya memarahi dia bahkan memukul. Ia akan menjadi jera dan tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut, hal inilah yang disebut reinforcement negative.      
Dalam Islam, reinforcement positif ini bisa berbentuk penghargaan atau pujian, pahala, masuk surge yang membuat orang akan ketagihan untuk berperilaku baik, sehingga membentuk kepribadian yang baik. Sebaliknya, hinaan, hukuman atau dosa,masuk neraka, merupakan reinforcement negative, yang membuat orang tidak akan mengulangi perilaku buruknya, sehingga tidak terbentuk akhlak negative.

b.      Peran hereditas, fitrah manusia dan lingkungan dalam terbentuknya akhlak
o   Pengaruh hereditas
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa faktor hereditas memiliki pengaruh pada perbedaan individu. Menurut Rasulullah, Allah Ta'ala telah menciptakan Adam as.dari segumpal tanah yang berasal dari semua unsur tanah yang ada di permukaan bumi. Abu Hurairah berkata, "Ada seorang laki-laki dari Bani Fazarah datang kepada Nabi saw. seraya berkata, ' Istriku telah melahirkan seorang anak berkulit hitam.' Nabi saw. bersabda, Apakah kamu memiliki unta ? ' Lelaki itu menjawab, 'Ya.' Rasulullah bertanya Apa warnanya?' Lelaki itu menjawab, 'Merah.' Rasulullah bertanya lagi, Apakah kehitam-hitaman?' Lelaki itu berkata, 'Sebenarnya memang kehitam-hitaman.' Lelaki itu kembali berkata, 'Lantas dari mana datangnya waran hitam pada unta itu?' Rasulullah bersabda, 'Mungkin karena faktor keturunan.
Rasulullah saw. Juga telah mengisyaratkan adanya pengaruh genetis pada perilaku seseorang. Rasulullah bersabda, "Memilihlah untuk nuthfah kalian! Dan nikahilah para wanita yang sepadan, dan nikahkan juga (mereka) dengan lelaki yang sepadan !” Riwayat hadis di atas mengarahkan seseorang agar memilih pasangan hidupnya dari asal (keturunan) yang baik, agar dari pernikahannya itu ia bias melahirkan keturunan yang baik pula, dengan kepribadian yang baik.
o   Fitrah manusia
Hakikat manusia adalah terdiri dari materi dan ruh, sehingga manusia memiliki sifat hewan dan malakat. Karena materi memiliki sifat keduniawian yang cenderung ke hawa nafsu, sedangkan ruh atau jiwa merupakan sifat akhirat, dimana cenderung menuju pada kebenaran ( suara kebenaran ). Sehingga secara fitrah manusia memiliki sifat yang menuju pada kebenaran dan menuju pada keburukan. “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada firah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “.( Ar Rum 30 ). Sehingga ketika manusia dalam memutuskan sebuah perilaku, ia akan dipengaruhi oleh firah tersebut. Ketika perilaku cenderung ke suara kebenaran, maka ia akan memiliki akhlak yang baik, dan sebaliknya.

o   Pengaruh lingkungan
Kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial dan budaya setempat, tradisi, nilai-nilai, perilaku kedua orang tuanya, cara orang tua mendidik dan memperlakukannya, berbagai macam media, juga dipengaruhi oleh beragam peristiwa yang dialami dalam kehidupannya. Anak akan mempelajari bahasa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi kedua orang tua­nya, mempelajari agama yang diyakini kedua orang tuanya, dan mempelajari akhlak, kecenderungn, serta pemikiran kedua orang tuanya.
Rasulullah saw. telah mengisyaratkan peran penting keluarga dalam pertumbuhan kepribadian anak. Beliau bersabda, " Tidak ada yang lahir melainkan terlahir dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang yang melahirkan seekor annk dengan sempurna, apakah kalian rasa ada cacat pada anak binatang itu ? " Abu Musi meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan teman yang salih dan teman yang buruki tu ibarat penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi bisa jadi akan memberimu minyak, atau kamu akan membeli minyak, atau kamu akan mendapat aroma wa­ngi darinya. Sementara pandai besi, bias jadi ia akan membakar busanamu atau kamu akan menjumpai aroma tidak sedap darinya.” Rasulullah saw. Juga bersabda, " Seseorang berpijak pada agama temannya. Maka, lihatlah siapa yang menjadi temannya ! "

I.                    Referensi
1.       Muhammad ‘Utman Najati. ‘Ilmu Al-Nafs Al-Shina’iy. Kuwait: Muassasah Al-Shabah, 1980.
2.       Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad Al – Anshary Al – Qurthubi. Al-Jami’li Ahkam Al Qur’an. Beirut : Dar Kitab Al-‘Araby, 1967.
3.       Al-Hafizh Al-Mundziry. Mukhtashar Sahih Muslim. Beirut: Al-Maktab Al-Islamy, 1977.
4.       Abu ‘Abdillah Malik. Muwatha’ Al Imam Malik. Beirut: Dar Al-Nafais, 1983.
5.       Adler, Alfred. Understanding Human Nature. New York: Greenburg Publishers, Inc, 1927.
6.       Atkinson, R.L.Alkinson, R.C. and Higrad, E.R. Introduction to Psycology. New York: Harcourt Brace Javanovich, Inc, 1983.  
7.       Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta. 1985.
8.       Husain Bahrasy. Himpunan Hadist Bukhori Muslim. Surabaya. 1980.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar