Sabtu, 15 Februari 2014

MANUSIA Yang BERUNTUNG MENURUT AL-QUR'AN

I.                   Pengantar
Manusia merupakan makhluk yang senantiasa mencari kebahagiaan, tidak ada manusia di dunia ini yang tidak menginginkan kebahagiaan. Manusia makan, bermain, belajar, bekerja baik menjadi pegawai maupun pedagang, berpasangan dan berkeluarga, beribadah, dakwah, bahkan orang yang berbuat jahat sekalipun seperti mencuri, zina, pada dasarnya motivasi terbesar dari itu semua adalah keinginan untuk bahagia. Mereka melakukan itu semua, untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, yang mana kebutuhan itu harus dipenuhi agar mereka merasakan kebahagiaan. Mencari kebahagiaan tersebut sudah menjadi fitrah dasar sosok manusia.
 Islam merupakan agama yang sangat memahami kondisi manusia, dimana aturan-aturannya senantiasa berdasarkan fitrah dasar. Sebagaimana firman Allah dalam hal beragama, “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. “ (Q.S Ar Ruum ayat 30). Dimana bahwasannya manusia beragama, berTuhan, adalah fitrah dasar manusia.
Termasuk dalam hal kebahagiaan, Allah sangat memahami fitrah dasar manusia yang menginginkan kebahagiaan. Karena itulah dalam Islam, Allah tidak melarang manusia untuk hidup bahagia. Tetapi Allah memberikan aturan2 dasar dalam kehidupan agar manusia bisa hidup bahagia, seperti larangan berzina, minum khamr, mencuri, dsb. Dimana ketika itu dijalankan, maka manusia bisa hidup bermasyarakat dengan aman, teratur, dan merasakan kebahagiaan. 
Bahkan agar manusia itu menjadi lebih beriman dan totalitas menjalankan agama Islam, maka Allah sendiri memberikan sebuah motivasi, reward, yaitu kehidupan surga, sebuah kehidupan yang penuh kebahagiaan dan kekal didalamnya. Sebagaimana firman Allah, “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al Hadid ayat 21)
Di ayat lain disebutkan juga, “Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (Q.S At Taubah ayat 72).
Surga merupakan tempat istirahat yang indah, tempat dikabulkannya setiap keinginan manusia, tempat yang penuh kenikmatan, tempat yang menjamin pemenuhan fitrah dasar manusia untuk bisa bahagia. Dimana kehidupan surga tersebut, merupakan keinginan terbesar setiap manusia dalam mengakhiri perjalanan hidupnya kelak. Ketika manusia memperoleh kehidupan surga sebagai tempat istirahatnya kelak dalam mengakhiri perjalanan hidupnya, maka orang-orang tersebut merupakan orang yang sangat beruntung, orang yang memiliki keuntungan sangat besar. Ibaratkan pedagang, dengan modal Rp 1.000,- bisa mendapatkan keuntungan ratusan triliun, dan terus berkembang keuntungannya.
Tapi siapakah orang-orang yang beruntung tersebut?? Kita bisa menyimak beberapa kriteria orang-orang yang memiliki keuntungan besar berdasarkan ayat Al Qur’an.


II.                Manusia yang Beruntung
1.      Orang yang beriman kepada Allah dan RosulNya, serta berjihad di jalan Allah dengan Jiwa dan Harta.
Allah berfirman, “ Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar”.  (Q.S As Shaaf ayat 10-12)
Dari ayat ini, kita bisa mengambil pelajaran, bahwasannya untuk menjadi orang yang mendapatkan kebahagiaan akhirat, satu syarat yang harus kita lakukan adalah beriman secara total kepada Allah dan Rosul. Bahkan bentuk totalitas keimanan tersebut, adalah dengan mengorbankan segala yang kita miliki, semuanya. Dalam ayat diatas disebutkan berjihad dengan harta dan jiwamu, dimana disini Allah menggunakan kata “dan” bukan “atau”, yang berarti pengorbanan kepada Allah adalah bukan pilihan, tetapi kewajiban memberikan semua yang kita miliki (tenaga, pikiran, harta) untuk Allah semata.
Tidak bisa kita hidup berleha-leha, meninggalkan ibadah, jauh dari majelis ilmu, menghambat perkembangan dakwah Islam, lalu untuk menebus kesalahan, kita infaq yang besar, mengeluarkan zakat. Ini merupakan sebuah kekeliruan pemahaman. Bisa jadi kita tidak mengalami keuntungan, tetapi malah kebuntungan di akhirat kelak.
Berdasarkan ayat diatas, selain kita menginfaqkan harta, kita juga dikenai beban dengan tenaga, pikiran kita, untuk terlibat dalam proses pengembangan agama Islam, demi terciptanya keteraturan bermasyarakat. Dengan begitu, insyaAllah kita menjadi orang-orang yang beruntung dengan diberi balasan surga oleh Allah di kehidupan akhirat kelak. Amin..
2.      Orang yang mau berinfak
Didalam harta kita, terdapat hak Islam, orang fakir, dan orang miskin. Sehingga memberikan sebagian harta kita untuk mereka, merupakan amalan yang baik, yang dapat memberikan keuntungan bagi kita di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah, “Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung.”  (Q.S. Al-Rum (30) : 38)
3.      Orang yang terlindung dari sifat kikir
Dan ketika kita tidak memberikan harta kita kepada yang berhak, maka kita termasuk orang-orang yang rugi. “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”   (Q.S. Al-Hasyr (59) : 9)
4.      Orang mu’min yang selalu beramal saleh
“Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam. (Q.S. Al-Mu’minun (23) : 102-103)
5.      Orang yang selalu ber amar ma’ruf dan nahi munkar
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”  (Q.S. Ali Imran (3) : 104)
6.      . Orang yang menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup.
“Alif Laam Miim. Inilah ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung hikmah, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat. Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”  (Q.S. Luqman (31) : 1-5)
Dalam menjalani kehidupan, Allah memerintahkan kita untuk menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup, bukan hawa nafsu atau ajaran2 selainnya. Manusia sekarang ini, sering sekali lalai terhdap perintah ini, walaupun umat Islam sendiri. Mereka beragama islam, tetapi dalam keseharian, lebih mementingkan hawa nafsu dari pada aturan2 yang ada di Al Qur’an. Misalkan, ketika tiba waktu sholat, masih banyak yang melalaikannya dengan mementingkan pekerjaan. Ketika memiliki harta, tidak rela menginfaqkan untuk kepentingan agama dan beramal, tetapi rela mengeluarkan uang ketika ada arisan, pesta, membeli peralatan mewah, dsb. Orang-orang yang demikian adalah orang-orang yang merugi, tetapi berbeda ketika menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup dengan konsisten, maka orang-orang tersebut tergolong orang2 yang beruntung.
7.      Bermanfaat untuk orang lain
Orang yang bermanfaat bagi orang lain, di dalam Al Qur’an tergolong orang yang beruntung, sebagaimana firman Allah, “Dan janganlah orang-orang yang berharta serta lapang hidupnya daripada kalangan kamu, bersumpah tidak mahu lagi memberi bantuan kepada kaum kerabat dan orang miskin serta orang yang berhijrah pada jalan Allah; dan (sebaliknya) hendaklah mereka memaafkan serta melupakan kesalahan orang itu; tidakkah kamu suka supaya Allah mengampunkan dosa kamu? Dan (ingatlah) Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” (an-Nur:22)
8.      Orang yang bertaubat
“Adapun orang yang bertobat dan beriman, serta mengerjakan amal yang shaleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung.”  (Q.S. Al-Hasyr (28) : 67)
9.      Bijak menjaga masa
Masa bukanlah emas atau pedang, tetapi masa adalah waktu kehidupan. Allah telah mengingatkan kita dalam firman-Nya yang bermaksud, “Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar.” (al-Asr:1-3)
 Dalam firman Allah ini jelas membuktikan betapa pentignya kita dalam mengatur dan mengelola masa / waktu kehidupan. Kebijaksanaan dalam mengurus masa, mampu memberi kesan yang terbaik dalam kehidupan manusia. Masa / waktu kehidupan yang lampau, tidak akan ada gantinya, kerana masa yang akan datang adalah masa yang berlainan. Sesungguhnya kita telah menzalimi diri sendiri apabila membiarkan masa berlalu begitu saja tanpa dimanfaatkan. Mungkin kita bisa menghitung waktu 24 jam kita digunakan untuk apa? Bilakah waktu yang kita gunakan untuk Allah, dan agama kita? Bilakah waktu kita gunakan bersama keluarga? Bilakah kita gunakan waktu untuk bekerja? Bilakah waktu kita gunakan bersama masyarakat? Bilakah waktu kita gunakan untuk belajar? Bilakah waktu kita gunakan untuk makan? Bilakah waktu kita gunakan untuk istirahat ?
Akhirnya, apakah jawaban yang kita peroleh? Alangkah ruginya jika sepanjang 24 jam itu hanya dihabiskan untuk berehat dan bersenang-senang semata-mata.  Kalau kita tahu, musuh yang paling utama dalam pengurusan masa/waktu kehidupan adalah tabiat suka bertangguh/menunda. Sebagaimana kata Ibnu Umar, “Jika engkau berada di waktu petang, maka janganlah engkau menunggu pagi, dan apabila berada pada waktu pagi janganlah engkau menunggu petang. Gunakanlah dari sehat engkau bagi sakit engkau dan dari hidup engkau bagi masa mati engkau.” Itulah masa, orang yang bisa mengelola masa adalah orang – orang yang mendapat keuntungan yang besar.

Demikianlah saudara-saudaraku sekalian, bahwasannya Allah itu Maha Besar, Maha Adil, Maha Rohim dan Rohman. Manusia yang memiliki sifat menginginkan bahagia, difasilitassi oleh Allah, dengan diberikan aturan-aturan yang luar biasa indah sesuai kodratnya dan hadiah yang sungguh tidak tertandingi kadar kebahagiaannya, yaitu surga. Tetapi untuk mencapai tempat terindah tersebut, manusia dikasih sebuah syarat, yang mana sudah dipaparkan diatas. Orang-orang yang mampu melaksanakan syarat-syarat tersebut disebut oleh Allah sebagai orang-orang yang beruntung. Dan semoga kita semua tergolong orang-orang yang beruntung tersebut. Aaminn..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar