.jpg)
Bila kita berpikir obyektif, pasti kita akan kagum dengan sabda Rosul yang mengatakan bahwa “Kekayaan sejati bukanlah tumpukkan kekayaan materi, melainkan ia adalah tumpukan kekayaan jiwa.” Memang benar demikian, kebahagiaan yang hakiki itu sesungguhnya hanya dapat dibeli dengan kekayaan jiwa, bukan kekayaan harta. Seberapa banyak harta yang kita miliki, tetap saja tidak akan mampu membeli kebahagiaan sejati (kepuasan batin). Sebagaimana pendapat salah satu ahli fikir barat :
WHAT MONEY WILL
BUY....
A BED BUT NOT SLEEP
BOOKS BUT NOT BRAINS
FOOD BUT NOT APPETITE
FINERY BUT NOT BEAUTY
A HOUSE BUT NOT A HOME
MEDICINE BUT NOT
HEALTH
LUXURIES BUT NOT
CULTURE
A MUSEMENTS BUT NOT
HAPPINES
RELIGION BUT NOT
SALVATION
Dan itu semua sudah banyak buktinya, kita bisa
melihat bagaimana seorang hartawan, pengusaha sukses Austria Carl Raberder
merasa harta yang dimiliki tidak memberikan kebahagiaan, akhirnya semua
hartanya diberikan kepada yayasan sosial. Bagaimana orang-orang kaya, tetapi
rumah tangga berantakan, tidak ada kebahagiaan. Tetapi banyak juga orang yang
hidup pas-pasan secara materi, tetapi hidupnya dipenuhi dengan senyum
kebahagiaan.
Sekarang coba kita renungkan pula kebenaran sebuah
ungkapan berikut : “Merasa puas terhadap apa yang diperoleh, membuat orang
fakir seolah kaya-raya. Sedangkan serakah, dapat membuat orang kaya seolah-olah
fakir.”
Sehingga untuk semua sahabat, manusia adalah
makhluk yang menginginkan kebahagiaan. Karena itu, janganlah kita tertipu
dengan harta kekayaan. Karena harta kekayaan itu bukanlah sumber kebahagiaan,
mereka hanyalah alat kebahagiaan saja. Jika manusia tidak bisa menggunakan dan
mengelolanya dengan baik, maka manusia tidak akan mencapai apa yang namanya sebuah
kebahagiaan jiwa, sebuah kebahagiaan hakiki setiap manusia.
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan
kehidupan dunia, tetapi amal-amal yang kekal lagi saleh adalah lebih baik
pahalanya disisi Rabb-mu, serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Q.S Al
Kahfi : 46)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar