Sabtu, 15 Februari 2014

OLIMPIADE Yang ISTIMEWA

Beberapa tahun lalu, diadakan olimpiade khusus orang-orang cacat di Seattle. Saat itu dilakukanpertandingan lari jarak 100 meter. Sembilan pelari telah bersiap-siap di tempat start masing-masing. Ketika pistol tanda pertandingan dinyalakkan, mereka semua berlari, meski tidak tepat berada di garis lintasannya, namun semuanya berlari dengan wajah gembira menuju garis finish dan berusaha untuk memenangkan pertandingan. Kecuali, seorang pelari, anak lelaki, tiba-tiba tersandung dan terjatuh berguling beberapa kali. Ia lalu menangis. Delapan pelari mendengar tangisan anak lelaki yang terjatuh itu. Mereka lalu memperlambat lari mereka dan menoleh ke belakang. Mereka semua berbalik dan berlarian menuju anak lelaki yang terjatuh di tanah itu. Semuanya, tanpa terkecuali. 
Seorang gadis yang menyandang cacat keterbelakangan mental menunduk, memberikan sebuah ciuman padanya dan berkata, "Semoga ini membuatmu merasa lebih baik." Kemudian kesembilan pelari itu saling bergandengan tangan, berjalan bersama menyelesaikan pertandingan menuju garis finish. Seluruh penonton yang ada di stadion itu berdiri, memberikan salut selama beberapa lama. Mereka yang berada di sana saat itu masih saja tak bosan-bosannya meneruskan kejadian ini. 
Tahukah anda mengapa? Karena di dalam diri kita yang terdalam kita tahu bahwa: dalam hidup ini tak ada yang jauh lebih berharga daripada kemenangan bagi kita semua. Dan tahukah anda, apa yang dapat kita ambil pelajaran dari realitas diatas? Kompetisi sehat dan fair, menghargai perjuangan seseorang, ya, itulah salah satu hikmah yang bisa kita ambil.
Kita bisa melihat bagaimana anak-anak penyandang cacat tersebut, tidak mau mengambil keuntungan ketika melihat salah satu pesaingnya jatuh, menangis, dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Mereka bersama-sama rela mengorbankan kesempatan untuk menjadi pemenang secara pribadi, demi sebuah kebersamaan dalam mencapai kemenangan dan rasa kebahagiaan untuk senantiasa berjuang mencapai tujuan, dengan menggandeng anak lelaki yang jatuh tersebut untuk bersama-sama menyelesaikan lomba. Seakan hendak memberikan pesan “Ayo, jangan menyerah, kamu masih bisa menyelesaikan perjuangan ini. Kamu tidak sendiri, kami semua disampingmu untuk bersama-sama menyelesaikannya dan memenangkan lomba ini bersama”.
Ini semua seperti menampar diri kita selama ini. Kita sebagai orang normal, sering kali bersikap individualis. Dalam berkompetisipun, jangankan untuk menolong pesaing kita yang mengalami musibah, bahkan sering kita mencari cara untuk menjatuhkan pesaing dengan cara-cara kotor. Saudara, penghargaan itu memang kita butuhkan. Tetapi penghargaan yang membahagiakan adalah ketika kita bisa memberi manfaat kepada orang lain. Ingatlah sebuah kata bijak dari Mahatma Gandhi : “ Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar